Terima kasih atas peringatan ini...
5 Zulkaedah 1436H
20 Ogos 2015
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتهُ
بِسْمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحْمَـنِ ٱلرَّحِيم
Mengumpat (Ghibah)
Secara sederhana, ghibah adalah perbuatan mengatakan aib dan keburukan orang lain di belakangnya.
Pengertian ghibah ini secara jelas disebutkan oleh Nabi SAW dalam sebuah hadith yang bermaksud:
“Ghibah adalah engkau mengatakan saudaramu dengan apa yang ia tidak suka (untuk dikatakan).” Lalu ada sahabat bertanya, “Bagaimana jika saudaraku itu memang seperti apa yang aku katakan, wahai Rasulullah?” Baginda menjawab: “Jika saudaramu memang seperti apa yang engkau katakan, sungguh engkau telah mengumpatnya. Dan jika saudaramu itu tidak seperti apa yang engkau katakan, sungguh engkau telah memfitnahnya.”
(Hadith Riwayat Muslim dan At-Tirmidzi)
Mahasuci Allah yang senantiasa menyembunyikan aib dan keburukan kita. Tanpa kasih sayangNya, kita hanyalah selongok daging hina, yang penuh dengan cela dan kekurangan. Kerana itu, sungguh tidak patut apabila kita sebagai manusia yang jauh dari kesempurnaan malah senang membuka aib dan mengatakan keburukan orang lain.
Imam Al-Ghazali menyebutkan beberapa faktor yang mendorong seseorang berbuat ghibah.
Pertama, melepaskan kemarahan. Jika sedang marah, seseorang akan dengan mudah menyebutkan keburukan. Kata-katanya seakan-akan tidak terkawal untuk mengatakan aib dan terlalu marah dengan kata-katanya yang penuh celaan dan makian.
Kedua, menyesuaikan diri dengan kawan-kawan, dengan berborak dan menyokong percakapan mereka, walaupun perbualannya itu sedang mengatakankan aib seseorang.
Ketiga, ingin lebih dahulu menceritakan hal buruk seseorang yang ditakuti akan mengatakan hal yang buruk mengenai dirinya pada orang yang disegani.
Keempat, ingin melepaskan diri dan tidak bertanggungjawab dari perbuatan buruk yang dikaitkan kepada dirinya.
Kelima, ingin membanggakan diri, mengangkat dirinya sendiri dan menjatuhkan orang lain.
Keenam, hasad dengki. Boleh jadi ia mendengki orang yang disanjung, dicintai dan dihormati ramai orang, kemudian ia berharap sanjungan itu lenyap dari orang tersebut, tetapi tidak menemukan caranya kecuali dengan memalukan orang tersebut di hadapan ramai orang.
Ketujuh, mengisi waktu lapang dengan gurau senda atau gurauan belaka, lalu mengatakan aib orang lain agar orang-orang mentertawakannya.
Kelapan, meremehkan dan merendahkan orang lain untuk menghinanya. Penyebabnya adalah kesombongan yang membuat seseorang memandang orang lain lebih rendah kedudukannya.
Rasulullah SAW bersabda yang maksudnya:
“Celakalah bagi orang yang mengatakan sesuatu agar ditertawakan oleh orang-orang kemudian dia berbohong. Celakalah baginya, celakalah baginya”.
(Hadith Riwayat At-Tirmidzi)
Suatu ketika Jabir ibn Abdullah RA dan para sahabat lainnya pergi bersama Rasulullah SAW, lalu tercium bau bangkai yang busuk. Rasulullah SAW pun bertanya kepada para sahabat:
"Apakah kalian tahu bau apa ini? Ketahuilah, bau busuk ini berasal dari orang-orang yang berbuat ghibah (mengumpat)".
(Hadith Riwayat Ahmad)
Kerana perbuatan ghibah ini berkait rapat dengan lisan yang mudah bergerak dan berbicara, kita hendaknya selalu memperhatikan apa yang akan kita ucapkan. Jangan sampai tanpa disedari kita terjatuh dalam perbuatan ghibah. Dan bila kita boleh menjaga lisan ini dari menyakiti orang lain dengan tidak menggumpatnya atau membuka aib, InShaAllah kita akan menjadi Muslim sejati.
Justeru, jagalah lidahmu dan jangan melakukan ghibah.
No comments:
Post a Comment