Friday, November 23, 2007

25 CARA BERBICARA DENGAN ANAK AGAR MEREKE MAHU MENDENGAR

By Sylvia Radjawane

Bagian penting dari DISIPLIN adalah belajar bagaimana berbicara dengan anak-anak. Cara Anda berbicara dengan anak Anda menentukan cara dia belajar berbicara dengan orang lain.

Ada beberapa tips yang bisa dilakukan untuk masalah ini:

1. Connect before you direct
Sebelum memberikan arahan kepada anak Anda, jongkoklah setinggi level mata anak Anda dan tatap matanya untuk mendapatkan perhatiannya. Ajarlah dia bagaimana untuk fokus: 'Mary, saya butuh perhatianmu' , 'Billy, saya butuh kamu mendengarkan ini'. Berikan 'bahasa tubuh' yang sama saat mendengarkan mereka. Pastikan kontak mata Anda tidak terlalu intens sehingga anak Anda menganggap pandangan mata itu sebagai cara 'berkomunikasi' bukan 'mengontrol' .

2. Address the child
Awali permintaan Anda dengan menyebutkan nama anak Anda, Lauren, bisa tolong ...

3. Stay brief
Gunakan aturan 'satu kalimat': letakkan kata arahan di permulaan kalimat. Semakin lama Anda bertele-tele, anak Anda semakin berperi laku 'tuli' dengan isi kata-kata Anda. Terlalu banyak bicara adalah kesalahan paling umum terjadi saat berdialog tentang suatu masalah. Kondisi seperti ini membuat anak Anda merasa bahwa Anda sendiri tidak terlalu yakin dengan apa yang ingin Anda sampaikan. Dan ia akan beranggapan bahwa semakin ia membuat Anda terus bicara, semakin mudah membuat Anda menyimpang dari pokok
masalah sebenarnya.

4. Stay simple
Gunakan kalimat-kalimat pendek dengan kata-kata yang mengandung 1 suku kata. Cobalah dengarkan bagaimana anak-anak berkomunikasi dengan teman sebayanya dan cermatilah caranya. Bila anak Anda sudah memperlihatkan pandangan yang menunjukkan bahwa ia sedang tidak berminat, itu artinya kata-kata Anda tidak lagi dimengerti olehnya.

5. Ask your child to repeat the request back to you
Jika ia tidak dapat mengulanginya, mungkin kata-kata Anda terlalu panjang atau terlalu rumit.

6. Make an offer the child can't refuse
Anda dapat memberikan alasan kepada seorang anak usia 2 atau 3 tahun, khususnya untuk menghindari 'unjuk kekuatan' antara Anda dengannya, misalnya: 'Cepat berpakaian supaya kamu bisa main di luar'. Berikan sebuah alasan untuk permintaan Anda yang memang untuk 'keuntungan' sang anak dan juga 'sulit untuk ditolak' dia. Kondisi ini akan membuatnya tidak mencoba 'unjuk kekuatan' dan mau melakukan apa yang kita inginkan.

7. Be positive
Daripada mengatakan 'Jangan lari-lari!', cobalah dengan: 'Di dalam rumah kita berjalan, di luar rumah kamu boleh berlari'.

8. Begin your directives with I want.
Daripada mengatakan 'Turun!', cobalah dengan: Saya ingin kamu turun'. Daripada, 'Sekarang giliran Becky', cobalah dengan: 'Saya ingin kamu beri giliran buat Becky'. Metode seperti ini berhasil baik untuk anak-anak yang ingin bersikap baik tapi tidak suka 'diperintah' . Dengan mengucapkan,
'Saya ingin,' Anda memberinya alasan untuk 'rela melakukannya' dibandingkan hanya sekadar 'sebuah perintah'.

9. When … then.
'Setelah kamu selesai menggosok gigi, saya akan mulai membacakan cerita'. 'Setelah PR mu selesai, kamu boleh nonton TV'. Kata 'setelah' yang menyatakan bahwa Anda mengharapkan 'kepatuhan', lebih berhasil diterapkan dibandingkan kata 'kalau'. Pemilihan kata ini mengondisikan anak pada suatu pilihan, saat Anda tidak bermaksud memberinya pilihan.

10. Leg first, mouth second.
Daripada berteriak 'Matikan TV, sekarang makan malam!', cobalah untuk berjalan mendekati anak, bergabung dengan keasyikannya nonton TV sebentar,dan setelah itu, saat ada jeda iklan TV, mintalah anak Anda mematikan TV. Berjalan mendekati anak Anda sebelum memintanya melakukan sesuatu memiliki pesan tersirat bahwa Anda serius dengan permintaan Anda. Jika tidak demikian, anak-anak hanya akan menafsirkannya sebagai pilihan belaka.

11. Give choices
'Kamu mau pakai piyama atau gosok gigi dulu?' 'Baju warna merah atau yang biru?'

12. Speak developmentally correctly.
Semakin kecil usia seorang anak, pengarahan Anda seharusnya semakin pendek dan semakin sederhana. Pertimbangkan tingkat pengertian anak Anda. Sebagai contoh, suatu kesalahan umum yang sering dilakukan orang tua saat bertanya pada anaknya yang masih berusia 3 tahun, 'Kenapa kamu lakukan itu?' Bahkan sebagian besar orang dewasa pun hampir tidak dapat menjawab pertanyaan seperti itu. Cobalah dengan, 'Mari kita bicarakan tentang apa yang baru saja kamu lakukan'.

13. Speak socially correctly
Bahkan anak usia 2 tahun pun dapat belajar mengatakan 'tolong'. Upayakan anak Anda belajar bersikap sopan. Jangan sampai mereka berpikir bahwa 'etika' adalah sebuah 'pilihan'. Berbicaralah kepada anak Anda dengan cara yang Anda inginkan mereka lakukan juga kepada Anda.

14. Speak psychologically correctly.
Kalima pembuka berupa 'ancaman' atau 'menghakimi' cenderung menempatkan anak pada sikap mempertahankan diri. Kata 'kamu' berisi pesan yang membuat seorang anak jadi bungkam. Kata 'saya' berisi pesan yang 'tidak menuduh'. Daripada mengatakan, 'Kamu lebih baik lakukan ini...' atau 'Kamu harus ...', cobalah katakan, 'Saya ingin ...' atau, 'Saya senang sekali kalau kamu ...'. Daripada mengatakan 'Kamu harus membersihkan meja', cobalah katakan, 'Saya butuh kamu untuk membersihkan meja ini'. Sebaliknya, jangan berikan pertanyaan arahan bila tidak ingin mendapatkan jawaban 'tidak'. Contoh: jangan katakan, 'Maukah kamu mengangkat jas mu?', cukup katakan, 'Tolong angkat jas mu.'

15. Write it.
'Mengingatkan' dapat berubah dengan mudah menjadi 'mengomel', khususnya bagi anak-anak pra-remaja yang merasa jika mereka diperintahkan sesuatu akan membuat mereka langsung masuk ke dalam golongan 'budak'. Tanpa mengucapkan 1 kata, Anda dapat berkomunikasi apa saja yang ingin Anda sampaikan. Bicaralah dengan pensil dan notes. Tinggalkan catatan/pesan jenaka untuk anak Anda. Lalu duduklah dan lihatlah apa yang akan terjadi.

16. Talk the child down.
Semakin nyaring anak Anda berteriak, semakin lembut Anda meresponinya. Biarkan anak Anda meluapkan kemarahannya sementara Anda sewaktu-waktu menyela dengan komentar: 'Ok, saya mengerti' atau, ' Boleh saya bantu?' Kadang-kadang hanya dengan memiliki seorang pendengar yang perduli akan meredakan sifat tantrum seorang anak. Jika Anda menghadapinya dengan tingkat kemarahan yang sama dengan anak Anda, Anda harus berhadapan dengan 2 macam tantrum. Jadilah sebagai orang dewasa untuk anak Anda.

17. Settle the listener.
Sebelum memberikan perintah, pulihkan lebih dahulu keseimbangan emosi Anda. Jika tidak, Anda hanya akan membuang waktu saja. Tidak ada satupun yang 'mengendap' dalam pikiran seorang anak bila dia sedang berada dalam kondisi emosi yang tidak baik.

18. Replay your message.
Batita butuh diarahkan ribuan kali. Anak-anak di bawah usia 2 tahun masih sulit memahami arahan-arahan Anda. Sebagian besar anak usia 3 tahunan mulai belajar memahami arahan sehingga apa yang Anda bicarakan mulai 'mengendap' dalam pikiran mereka. Cobalah untuk mulai mengurangi 'arahan yang diulang-ulang' saat anak Anda mulai beranjak lebih besar. Anak-anak pra-remaja bahkan menilai 'pengulangan' ini sebagai bentuk 'omelan'.

19. Let your child complete the thought
Daripada mengatakan, 'Jangan sampai barang-barang kotor dan berantakan ini bertumpuk!,' cobalah katakan, 'Matthew, coba pikirkan di mana kamu mau menyimpan peralatan sepak bolamu ini.'. Membiarkan anak memikirkan hal seperti ini cenderung memberikannya sebuah pelajaran yang bertahan lama.

20. Use rhyme rules.
Misal: 'If you hit, you must sit.'. Mintalah anak Anda mengulangi ritme yang semacam ini.

21. Give likable alternatives.
'Kamu nggak bisa pergi sendirian ke taman itu, tapi kamu bisa bermain di lapangan sebelah'

22. Give advance notice.
'Kita akan segera pergi. Bilang 'bye-bye' ke mainanmu, 'bye-bye' ke teman-temanmu. '

23. Open up a closed child.
Hati-hati dalam memilih kalimat yang bertujuan untuk 'membuka' pikiran dan mulut si kecil yang sedang 'tertutup' ini. Tetaplah pada topik-topik yang Anda tahu bisa membuat anak Anda antusias. Ajukan pertanyaan-pertanya an yang membutuhkan jawaban lebih daripada hanya 'ya' atau 'tidak'. Tetaplah pada hal-hal yang spesifik. Daripada mengatakan, 'Apakah kamu senang di sekolah hari ini?', cobalah katakan 'Apa yang paling menyenangkan yang kamu kerjakan hari ini?'

24. Use When you… I feel… because..
Contoh, 'Kalau kamu lari-lari dan jauh dari mama di dalam toko ini, mama akan sangat khawatir karena mungkin saja kamu akan tersesat'

25. Close the discussion.
Jika memang ada hal yang tidak dapat lagi didiskusikan, katakanlah kepada anak Anda. 'Saya tidak akan berubah pikiran tentang masalah ini. Maaf.' Anda akan menghemat 'kelelahan' dan 'air mata' Anda juga anak Anda. Simpan saja nada 'serius' Anda jika diperlukan nanti.

IBU MITHALI-RAHSIA ESHAH DIDIK 15 ANAK KE UNIVERSITI

Salam,

Saya selalu muhasabah diri apabila baca cerita begini dan terkenangkan pengorbanan arwah emak dan emak mertua saya yang lumpuh hampir 5 tahun.

Kalau saya rasa penat dengan kerja-kerja rumah, saya kata pada diri bahawa saya jauh lebih beruntung kerana banyak kemudahan hari ini. Arwah mak saya tak merasa mesin basuh, dapur gas, vacuum, mesin pengisar dan lain2 kemudahan membesarkan kami 6 beradik. Disamping itu masih mampu membuat nasi lemak dan kuih untuk jualan serta mengambil upah menjahit baju untuk membantu abah mencari rezeki demi membesarkan anak-anak.

Mak mertua saya membesarkan 11 anak dengan air perigi dan air sungai, bersawah, menanam sayur dan naik bot ke Pasar Besar Kuala Terengganu untuk menjual sayur. Beliau juga mengajar mengaji anak-anak jiran kampung sehingga dia lumpuh akibat strok hampir lima tahun yang lepas.

Saya kagum dengan mak mertua saya ketika baru berkahwin dahulu kerana masih mengingatkan anak-anak tentang solat walaupun mereka sudah berkahwin. Waktu subuh dia bangun awal sebelum subuh untuk bersolat sunat dan mengejutkan anak dan menantu bangun solat subuh.Dia juga masih menyuruh suami saya mengaji bersama dan memperbetulkan bacaannya. Saya kira beliau seorang ibu yang berjaya kerana kesemua 11anak-anaknya menjaga solat, menjadi manusia yang berguna dan menjaganya yang uzur dengan baik hingga kini.

Cabaran wanita kini sebagai ibu mungkin berbeza tetapi yang pasti tanggungjawab kita masih sama.

Moga Allah mengampuni dosa ibu-ibu kita.

Wassalam

Rahsia Eshah didik 15 anak hingga ke universiti
Oleh Norila Daud



IBU MITHALI... Raja Permaisuri Agong, Tuanku Nur Zahirah (kiri) memakaikan selendang khas kepada Eshah Din, 70, yang dipilih sebagai Ibu Mithali 2007 berikutan keupayaannya membesarkan 17 orang anak sehingga berjaya pada majlis penganugerahan Ibu Mithali Ibu Sejati di Kuala Lumpur, semalam. – Gambar Raja Jaafar Ali.
--------------------------------------------------------------------------------



KUALA LUMPUR 21 Nov. – Seorang penoreh getah miskin, Eshah Din, 70, yang membesarkan 17 orang anaknya dengan memberi mereka makan pisang lenyek bercampur nasi dinobatkan sebagai Ibu Mithali 2007.
Seramai 15 orang anaknya berjaya melanjutkan pelajaran hingga ke menara gading.
Eshah yang memenangi Anugerah Ibu Mithali dengan menewaskan empat calon lain menerima hadiah wang tunai RM25,000, plak, naskhah al-Quran, pakej umrah, sijil simpanan premium RM1,000, barang-barang kemas bernilai RM8,000, loket, selendang dan jubah.

Raja Permaisuri Agong, Tuanku Nur Zahirah menyampaikan anugerah dan hadiah-hadiah tersebut kepada Eshah yang berasal dari Kuala Ketil, Kedah.
Seramai 4,000 tetamu turut menyaksikan acara bersejarah itu yang menobatkan Eshah sebagai penerima Anugerah Ibu Mithali Kesembilan anjuran Yayasan Dakwah Islamiah Malaysia (Yadim) di Pusat Dagangan Dunia Putra (PWTC) di sini hari ini.

Eshah yang berbaju kurung dan bertudung serba hijau diiringi suaminya, Sulaiman Saipin, 74. Sulaiman ialah penerima anugerah Tokoh Maulidur Rasul Peringkat Kebangsaan 2006.
Seramai 10 orang anaknya bersama keluarga masing-masing turut meraikan kejayaan ibu mereka yang kelihatan tabah dan masih cergas walaupun telah berusia 70 tahun.
Eshah yang ditemui selepas acara penganugerahan itu berkata, kesemua 16 anaknya diberikan makan pisang lenyek bercampur nasi ketika mereka berusia empat bulan kecuali anak bongsunya, Nurhana, kini 27, yang berpeluang makan ‘Nestum’.
“Masa dulu mana ada Nestum. Anak-anak saya diberi makan pisang lenyek dan nasi serta minum susu cap junjung,’’ katanya dalam loghat Jawa disambut gelak ketawa para wartawan.

Dengan hanya berpendapatan RM400 sebulan, ibu yang tidak pernah mengerti penat dan kecewa itu turut menjual mihun dan nasi lemak di estet tempat beliau dan suami bekerja sebagai penoreh getah bagi menambah pendapatan.
“Saya menjual mihun lima sen sebungkus kepada penoreh getah di estet selain menjual jamu yang dibuat sendiri,’’ katanya.

Menurut anak perempuan sulung Eshah, Rosilah, 45, walaupun berada dalam keadaan serba kekurangan, ibunya tidak pernah merungut tentang kesusahan membesarkan anak-anaknya yang ramai itu.
Beliau berkata, ibunya tidak pernah jemu menemani bapanya menoreh getah di Ladang Malakoff dekat Tawar yang terletak lima kilometer dari Kampung Kuala Merah, Kuala Ketil, Kedah.

‘‘Ibu sanggup mendaki bukit untuk menoreh getah ketika mengandung sembilan bulan dan segala kepayahan ditanggungnya sendiri,’’ katanya sambil menitiskan air mata ketika menceritakan kepayahan ibunya menyara 17 adik-beradiknya.
Rosilah, seorang guru, kini mengajar di Sekolah Kebangsaan Taman Koperasi Polis, Kuala Lumpur.

Di kalangan 17 adik-beradiknya, tujuh adalah guru, dua bekas anggota tentera, seorang pegawai kastam, seorang jurutera, tiga akauntan, seorang tukang masak, pegawai alam sekitar dan pengurus ladang.

Katanya, ibunya sentiasa tabah menghadapi segala dugaan dan tidak pernah merungut.
Semua masalah dan keperitan membesarkan anak-anak ditanggung sendiri.
‘‘Memang bukan mudah untuk membesarkan 17 orang anak,’’ katanya.
Sebagai anak perempuan sulung dan anak keenam, Rosilah berkata, beliau hanya membantu ibunya di rumah. Abang-abangnya pula menolong bapa menoreh getah di estet.

Makanan

Sementara itu, Eshah ditanya sama ada beliau pernah mengalami keadaan tidak cukup makanan untuk diagih-agihkan kepada 17 orang anaknya.
‘‘Apabila mereka bergaduh kerana berebut makanan yang dihidang, suami saya akan merotan dan melibas mereka kerana cara itu dapat mendisiplinkan mereka.

‘‘Kami berdua tidak makan tak apa asalkan mereka (anak-anak) cukup makan,’’ katanya yang kini mempunyai 80 cucu dan seorang cicit.
Ditanya bagaimana beliau mengajar anak-anak ketika mereka bersekolah, Eshah berkata: ‘‘Saya tidak bersekolah macam mana nak ajar... saya hanya memperingatkan mereka dan bapanya pula jika nampak (dakwat) ‘merah’ itu maknanya anak buat salah.’’

Menurut Eshah, kesemua 17 anaknya lulus peperiksaan Sijil Rendah Pelajaran dengan baik dan 15 daripada mereka berjaya meneruskan pelajaran ke menara gading.
Mengenai rahsia kejayaan anak- anaknya dalam pendidikan, Eshah berkata, beliau sentiasa menyuruh anak-anak membaca buku apabila mereka balik dari sekolah.

‘‘Pada sebelah malam, mereka mesti ada di rumah. Saya tidak benarkan mereka tidur di rumah saudara-mara. Kalau susah biar kita sama-sama susah di rumah sendiri,’’ katanya.
Menurutnya, setelah mempunyai 12 orang anak, ada juga orang datang meminta untuk menjaga anak-anaknya tetapi beliau enggan menyerahkan mereka kepada orang lain.
Kini dua orang anaknya tinggal di luar negara iaitu seorang di New Zealand dan seorang lagi di Mesir.


norihan wrote:

hari ini saya kagum dengan berita tentang seorang ibu yang dari kampung pedalaman membesarkan 17 anak sehingga semuanya masuk U, berbanding dengan sekarang kemudahan ada macam-macam, anak tak ramai pun, tapi susah nak dapat semua masuk U dengan masih menjaga pegangan agama.



Norihan Elias
Pengarah Negeri
Suruhanjaya Syarikat Malaysia
Tingkat 2C, Greentown Mall
Jalan Hospital,
30450 Ipoh ,Perak

Wednesday, November 21, 2007

KEJAYAAN PELAJAR LAIN PATUT DIRAI BERSAMA

Pada hari Sabtu lepas, saya dan suami menghadiri Majlis Hari Kecemerlangan 2007 sekolah anak kami.

Seperti tahun sebelum ini, sekali lagi saya menyuarakan rasa sedih kepada suami kerana dengan sikap kebanyakan ibu bapa yang hadir hanya untuk meraikan kejayaan anak mereka .

Apabila anak mengambil hadiah, mereka akan mengambil gambar, melihat sijil dan hadiah, kemudian beredar meninggalkan dewan bersama anak mereka.

Dewan yang pada mula penuh sesak dengan ibu bapa beransur surut seiring dengan nama-nama pelajar cemerlang setiap kelas yang diumumkan. Dewan semakin lengang apabila tiba acara kemuncak iaitu penyampaian hadiah dan sijil kepada pelajar-pelajar yang mendapat 5A dalam Ujian Penilaian Sekolah Rendah (UPSR).

Yang tinggal hanya ibu bapa pelajar-pelajar ini dan beberapa orang ibu bapa lain yang masih berada di dalam dewan untuk meraikan anak-anak ini.

Fenomena begini tidak boleh dibiarkan terus berlaku kerana ia akan menjadi contoh yang tidak baik bagi anak. Mereka juga akan bersikap kurang menghargai kejayaan orang lain.

Ibu bapa seharusnya bersikap lebih menghargai dengan bukan meraikan anak mereka saja. Sepatutnya ibu bapa menggalakkan anak mereka untuk sama-sama meraikan kejayaan pelajar lain dengan mengajak anak mereka bersama menyaksikan pelajar lain menerima hadiah dan sijil. Pencapaian kecemerlangan UPSR juga seharusnya dapat menjadi contoh dan pembakar semangat kepada anak mereka.

Pihak sekolah boleh mengambil langkah membendung perkara ini daripada berulang. Ibu bapa harus diperingatkan di awal majlis untuk berada di dalam dewan sehingga tamat upacara penyampaian hadiah bagi meraikan kejayaan semua pelajar.

Pelajar-pelajar yang berbaris sebelum menerima hadiah seharusnya di tempatkan di dalam dewan selepas menerima hadiah bagi menyaksikan pelajar-pelajar lain menerima hadiah. Mereka diingatkan untuk tidak meninggalkan dewan sehingga tamat upacara penyampaian hadiah selesai.

Ibu bapa dan orang dewasa dalam masyarakat kita perlu bersikap lebih menghargai dan menyedari bahawa sikap mereka sangat mempengaruhi sikap generasi akan datang.

“ Sayangi dan dekati anak-anak kita ”

Sekian. Wallahua'lam.